Sabtu, 26 November 2011

Aku adalah milikmu


Aku ingin terbang bersamamu
Aku takkan ragu lagi karena perasaanku telah kau genggam
Kau simpan hatiku dan kau sembunyikan di jiwamu
Terbangkan aku, lambungkan anganku serta aku ingin menari bersamamu di antara gumpalan-gumpalan awan
Sayang, kau petikkan gitarmu dan iringi tarianku
Aku akan menyanyikan untukmu

Sayang aku teramat bahagia bersamamu di sisiku saat ini
Lakukanlah apapun yang kau mau, karena aku adalah milikmu

            Aku juga telah memilikimu , tubuhmu serta suaramu

.

Hatiku padamu....ceyntaku

Aku tak tahu hatimu kepadaku,
Kekasih, apakah kau tulus mencintai aku?
            Aku takut engkau menduakan aku
            Kita telah berjanji pada tiga bintang sejajar di Bira waktu itu

Hanya engkaulah lelaki yang ada di hatiku saat ini
Hanya dirimu, dan aku teramat mencintaimu
            Ingin kukabarkan perasaan cintaku kepada bintang-bintang yang menyaksikan kita waktu itu
            Karena aku cemburu pada rembulan yang selalu menatapmu

.

Jumat, 25 November 2011

~Ketahuilah rasa rinduku padamu...

Andai engkau tahu perasaanku saat ini
Bahwa aku merindukanmu

            Takkan pernah ada lelaki lain di hatiku kecuali dirimu
            Tlah lama kupendam sejuta rasa kerinduanku padamu, 
            Namun aku masih mencoba menahan perasaan ini

Entah bagaimana caranya aku harus mengungkapkan semua ini
Aku ingin melewati semua hari bersamamu, dengan sepenuh hati dengan rasa cinta yang kita punya

            Kini engkau jauh, dan aku teramat merindukanmu
            Bagaimana harus kulakukan agar aku tau pasti 
            bahwa engkau merindukan aku juga?

Aku ingin kau terus bersama hatiku, menyimpan dan menjaganya
Sayang, aku ingin terus berjalan bersamamu karena aku sayang padamu
Teramat mencintaimu

Suaramu  tak dapat lagi kudengar
Aku sendirian di sini sedang merindukanmu
Apakah dirimu tau jika aku sangat merindukanmu?

            Aku sedang menuliskan puisi untukmu, dan mengatakan 
            berapa perasaanku teramat sayang padamu
            Aku tuliskan ratusan puisi hanya untukmu, 
            agar kaupun tahu bahwa aku sedang rindu kepadamu saat ini

Aku ingin segera bertemu , agar semua perasaan sedihku dan penderitaanku lenyap

Sayang, apakah kamu merindukan aku di sini?
Seperti hatiku yang selalu memintaku untuk datang ke tempatmu dan segera memelukmu

Sayang,, aku rindu padamu
Menarilah bersamaku dengan bintang-bintang malam ini
Dan peluk aku, bersama impianku

.



Kamis, 24 November 2011

Kenangan hari itu di Bira

Engkau memegang erat tanganku, menyisiri pantai Bira yang berpasir putih
Kau mengayunkan tubuhku di antara pasir-pasir dan membuat anganku melayang
Kau juga membawaku ke perahu yang bersandar serta memelukku
Kau juga ucapkan cintamu padaku
Aku bahagia saat itu
Aku merasa melayang dengan angan-anganku
Aku merasa bahwa hari itu adalah suatu hari pernikahan bagiku

            Kini hari bergulir tanpa henti, dan engkau tlah jauh dariku
            Serta aku takkan lelah berharap karena aku mencintaimu
            Aku teramat merindukanmu
Jangan pernah berubah sedikitpun terhadap cintamu padaku

.

Rabu, 23 November 2011

Ini kata hatiku bukan puisi

Mungkin kau memberikan terang nya hati ku
Mungkin kau adalah belahan jiwa yang tersimpan dalam ragaku
Mungkin kau yang memberikan secercah asa dalam jiwa
Mungkin kau membuat kelembutan di hatiku
Dan kini aku yang selalu mencintai
Dan kini aku yang menyayangimu
Dan kini aku yang mengasihimu
spenuh hati dan jiwa ragaku kan ku brikan padamu
di stiap langkah ku terdengar langkah kaki mu
di dalam penglihatan ku terlintas bayang mu
dalam hati ku terukir namamu
ku yang tak mampu untuk melupakan mu
Ku rangkai air mata ini dalam cerita
Dengarkan setiap kata yang begitu merana
Di tinggalkan rembulan malam tersendiri di suasana yang kelam
Derita gundah di mulai datangnya waktu yang tak berarti
Bersarangnya rindu di dalam hati tak ada yang mampu mengobati
Ku rindu dalam nada sendu syair irama suaramu yang begitu merdu
ingin ku tunjukan rasa rinduku... kapan kau pahami… InZaight
paras wajah berlianmu penyinar jiwa.... kapan kau tahu,,,  InZaight
di kala aku di ganggu rindu... aku tak bisa pungkiri… InZaight
dan aku tak mampu arungi... rindu ini tak bertepi…  InZaight
dan tak ingin berhenti.

.

Minggu, 13 November 2011

Cinta dan Waktu

Alkisah, di suatu pulau kecil tinggallah berbagai benda abstrak ada CINTA, kesedihan, kegembiraan, kekayaan, kecantikan dan sebagainya. Mereka hidup berdampingan dengan baik. Namun suatu ketika, datang badai menghempas pulau kecil itu dan air laut tiba-tiba naik dan akan menenggelamkan pulau itu.
Semua penghuni pulau cepat-cepat berusaha menyelamatkan diri. CINTA sangat kebingungan sebab ia tidak dapat berenang dan tidak mempunyai perahu. Ia berdiri di tepi pantai mencoba mencari pertolongan.
Sementara itu air semakin naik membasahi kakinya.
Tak lama CINTA melihat kekayaan sedang mengayuh perahu,
“Kekayaan! Kekayaan! Tolong aku!,” teriak CINTA
“Aduh! Maaf, CINTA!,” kata kekayaan
“Aku tak dapat membawamu serta, nanti perahu ini tenggelam. Lagipula tak ada tempat lagi bagimu di perahuku ini.”
Lalu kekayaan cepat-cepat pergi mengayuh perahunya. CINTA sedih sekali, namun kemudian dilihatnya kegembiraan lewat dengan perahunya.
“Kegembiraan! Tolong aku!,” teriak CINTA.
Namun kegembiraan terlalu gembira karena ia menemukan perahu sehingga ia tak dapat mendengar teriakan CINTA. Air semakin tinggi membasahi CINTA sampai ke pinggang dan CINTA semakin panik.
Tak lama lewatlah kecantikan
“Kecantikan! Bawalah aku bersamamu!,” teriak CINTA
“Wah, CINTA kamu basah dan kotor. Aku tak bisa membawamu pergi. Nanti kau mengotori perahuku yang indah ini,” sahut kecantikan.
CINTA sedih sekali mendengarnya. Ia mulai menangis terisak-isak. Saat itulah lewat kesedihan
“Oh kesedihan, bawlah aku bersamamu!,” kata CINTA.
“Maaf CINTA. Aku sedang sedih dan aku ingin sendirian saja..,” kata kesedihan sambil terus mengayuh perahunya.
CINTA putus asa.Ia merasakan air makin naik dan akan menenggelamkannya. Pada saat kritis itulah tiba-tiba terdengar suara memanggilnya.
“CINTA! Mari cepat naik ke perahuku!”
CINTA menoleh ke arah suara itu dan cepat-cepat naik ke perahu itu, tepat sebelum air menenggelamkannya. Di pulau terdekat, CINTA turun dan perahu itu langsung pergi lagi. Pada saat itu barulah CINTA sadar bahwa ia sama sekali tidak mengetahui siapa yang menolongnya. CINTA segera bertanya pada penduduk pulau itu. “Yang tadi adalah WAKTU,” kata penduduk itu
“Tapi, mengapa ia menyelamatkan aku?
"Aku tidak mengenalinya. Bahkan teman-temanku yang mengenalku pun enggan menolong” tanya CINTA heran.

“Sebab HANYA WAKTULAH YANG TAHU BERAPA NILAI SESUNGGUHNYA DARI CINTA ITU”

.

Selalu menunggu.....

 Kembali terjaga............



     Ketika kakiku melangkah dalam gelap aku berharap kau orang pertama yang aku temukan dan menjadi lampu penerangku. Ketika maut menantang aku berharap kamu yang jadi pahlawan. Dan ketika mimpiku tak pernah selesai kuharap kamu yang membangunkannya. Dan ketika aku bangun aku berharap kau yang ada disini di sampingku.

     Malam tlah lewat berganti pagi, namun mataku tak jua terpejam. Hatiku masih penuh dengan dirimu, masih ada dirimu yang tak akan pernah sirna dari kalbuku. Walau menyakitkan aku tak kuasa untuk melupakanmu. Aku tak bisa menghapus jejakmu, menghapus bayanganmu. Karena aku tlah menaruh dirimu dalam singgasana hatiku dan tak kan tergantikan.

     Wajahmu selalu menghantui malam - malamku, aku ingin kau ada dalam kesepian dan keputusasaanku.Setiap gerakmu adalah catatan pasti. Kemarin kita bertemu, dan hari ini seribu tulisan hatiku bercerita tentangmu........

     Di sini aku masih menunggumu.............sampai kau mau merengkuhku hingga nafas terhenti dari raga. Jangan biarkan aku menyulam sepi menguntai kelam. Aku ingin menari dan bernyanyi bersamamu meski hanya sesaat di sisa usiaku. Dan aku akan bertahan untuk dirimu. Meski untuk bernafaspun terasa sulit.

.

what I wanted.. what I needed....

I asked for strength,
but Allah gave me difficulties to make me strong.

I asked for wisdom,
but Allah gave me obstacles to overcome.

I asked for love,
and Allah gave me troubled people to help.

I asked for favors,
and Allah gave me opportunities.

"maybe Allah not gave what I wanted..
But Allah gave me everything what I needed..."

.

Sabtu, 12 November 2011

Jika ini catatan terakhirku

Maaf, karena terlalu menyakitimu.
Maaf, karena aku hadir dalam hidupmu.
Maaf, karena aku telah mencintaimu.
Maaf, karena aku tidak pernah bisa mengerti tentangmu
Maaf, karena harus berakhir dengan kesedihan
Bagiku kau tetap yang terindah dalam hidupku,
Bagiku kau tetap pelangi yang bersinar di setiap hariku
Bagiku kau adalah miracle Tuhan yang paling amazing
Mungkin aku telah menyakitimu karena cintaku.
Mungkin aku telah menyakitimu karena deritaku.
Mungkin aku telah menyakitimu karena kisahku.
Aku sadar , tak ada lagi kisah kita dalam perjalanan waktumu
Aku sadar, tak ada lagi kenangan kita dalam ingatanmu.
Aku sadar, tak ada yang bisa diharapkan dariku pun sekedar hanya menjadi sahabat
Tapi , bagiku apa yang ada disetiap detik nafasku adalah kisahmu.
Tapi , pagiku adalah segerakan ingin mendengar kisahmu.
Tapi , malamku adalah segerakan ingin menatap indah wajahmu
Maaf, karena aku telah menyakitimu.
Maaf, karena aku telah melukaimu.
Maaf, karena aku telah buatmu sedih.
Mungkin kau hanya punya sekedip mata dalam hidupmu untuk melupakan aku
Mungkin kau hanya punya satu detik dalam hidupmu untuk melupakan aku
Mungkin kau hanya perlu sedetak jantung dalam hidupmu untuk melupakan aku

Tapi aku, membutuhkan waktu untuk melupakanmu karena kasihmu, karena perhatianmu, karena semangat yang kau berikan hingga maut merangkulku......dan kini semua sudah berakhir dan telah kau akhiri. Aku tak perlu lagi bermimpi dan menggapai asa yang pernah kau berikan.....Kini aku hanya tinggal menghitung hari....jam....menit dan detiknya.
Jika ini yang kau inginkan......SELAMAT TINGGAL......

.

Jumat, 11 November 2011

Tak Bisa Bersamamu

Telah aku putuskan
untuk mengakhiri cinta ini
meskipun berat tuk melepasmu
dari hidupku
mungkin inilah jalan terbaik
untuk dirimu dan diriku
tergores luka di jantung hatiku
karna dirimu

aku selalu mengerti kamu
tapi kamu tidak mengerti aku
aku selalu sayang padamu
tapi kamu selalu sakiti aku
aku tak bisa terus bersamamu
aku tak bisa terus bersamamu
aku tak bisa

aku selalu mengerti kamu
tapi kamu tidak mengerti aku
aku selalu sayang padamu
tapi kamu selalu sakiti aku
aku selalu mengerti kamu
tapi kamu tidak mengerti aku
aku selalu sayang padamu
tapi kamu selalu sakiti aku
aku tak bisa

.

Kamis, 10 November 2011

Don't Cry

Aku membencinya, itulah yang selalu kubisikkan dalam hatiku hampir sepanjang kebersamaan kami. Meskipun menikahinya, aku tak pernah benar-benar menyerahkan hatiku padanya. Menikah karena paksaan orangtua, membuatku membenci suamiku sendiri.

Walaupun menikah terpaksa, aku tak pernah menunjukkan sikap benciku. Meskipun membencinya, setiap hari aku melayaninya sebagaimana tugas istri. Aku terpaksa melakukan semuanya karena aku tak punya pegangan lain. Beberapa kali muncul keinginan meninggalkannya tapi aku tak punya kemampuan finansial dan dukungan siapapun. Kedua orangtuaku sangat menyayangi suamiku karena menurut mereka, suamiku adalah sosok suami sempurna untuk putri satu-satunya mereka.

Ketika menikah, aku menjadi istri yang teramat manja. Kulakukan segala hal sesuka hatiku. Suamiku juga memanjakanku sedemikian rupa. Aku tak pernah benar-benar menjalani tugasku sebagai seorang istri. Aku selalu bergantung padanya karena aku menganggap hal itu sudah seharusnya setelah apa yang ia lakukan padaku. Aku telah menyerahkan hidupku padanya sehingga tugasnyalah membuatku bahagia dengan menuruti semua keinginanku.

Di rumah kami, akulah ratunya. Tak ada seorangpun yang berani melawan. Jika ada sedikit saja masalah, aku selalu menyalahkan suamiku. Aku tak suka handuknya yang basah yang diletakkan di tempat tidur, aku sebal melihat ia meletakkan sendok sisa mengaduk susu di atas meja dan meninggalkan bekas lengket, aku benci ketika ia memakai komputerku meskipun hanya untuk menyelesaikan pekerjaannya. Aku marah kalau ia menggantung bajunya di kapstock bajuku, aku juga marah kalau ia memakai pasta gigi tanpa memencetnya dengan rapi, aku marah kalau ia menghubungiku hingga berkali-kali ketika aku sedang bersenang-senang dengan teman-temanku.

Tadinya aku memilih untuk tidak punya anak. Meskipun tidak bekerja, tapi aku tak mau mengurus anak. Awalnya dia mendukung dan akupun ber-KB dengan pil. Tapi rupanya ia menyembunyikan keinginannya begitu dalam sampai suatu hari aku lupa minum pil KB dan meskipun ia tahu ia membiarkannya. Akupun hamil dan baru menyadarinya setelah lebih dari empat bulan, dokterpun menolak menggugurkannya.

Itulah kemarahanku terbesar padanya. Kemarahan semakin bertambah ketika aku mengandung sepasang anak kembar dan harus mengalami kelahiran yang sulit. Aku memaksanya melakukan tindakan vasektomi agar aku tidak hamil lagi. Dengan patuh ia melakukan semua keinginanku karena aku mengancam akan meninggalkannya bersama kedua anak kami.

Waktu berlalu hingga anak-anak tak terasa berulang tahun yang ke-delapan. Seperti pagi-pagi sebelumnya, aku bangun paling akhir. Suami dan anak-anak sudah menungguku di meja makan. Seperti biasa, dialah yang menyediakan sarapan pagi dan mengantar anak-anak ke sekolah. Hari itu, ia mengingatkan kalau hari itu ada peringatan ulang tahun ibuku. Aku hanya menjawab dengan anggukan tanpa mempedulikan kata-katanya yang mengingatkan peristiwa tahun sebelumnya, saat itu aku memilih ke mal dan tidak hadir di acara ibu. Yaah, karena merasa terjebak dengan perkawinanku, aku juga membenci kedua orangtuaku.

Sebelum ke kantor, biasanya suamiku mencium pipiku saja dan diikuti anak-anak. Tetapi hari itu, ia juga memelukku sehingga anak-anak menggoda ayahnya dengan ribut. Aku berusaha mengelak dan melepaskan pelukannya. Meskipun akhirnya ikut tersenyum bersama anak-anak. Ia kembali mencium hingga beberapa kali di depan pintu, seakan-akan berat untuk pergi.

Ketika mereka pergi, akupun memutuskan untuk ke salon. Menghabiskan waktu ke salon adalah hobiku. Aku tiba di salon langgananku beberapa jam kemudian. Di salon aku bertemu salah satu temanku sekaligus orang yang tidak kusukai. Kami mengobrol dengan asyik termasuk saling memamerkan kegiatan kami. Tiba waktunya aku harus membayar tagihan salon, namun betapa terkejutnya aku ketika menyadari bahwa dompetku tertinggal di rumah. Meskipun merogoh tasku hingga bagian terdalam aku tak menemukannya di dalam tas. Sambil berusaha mengingat-ingat apa yang terjadi hingga dompetku tak bisa kutemukan aku menelepon suamiku dan bertanya.

“Maaf sayang, kemarin Farhan meminta uang jajan dan aku tak punya uang kecil maka kuambil dari dompetmu. Aku lupa menaruhnya kembali ke tasmu, kalau tidak salah aku letakkan di atas meja kerjaku.” Katanya menjelaskan dengan lembut.

Dengan marah, aku mengomelinya dengan kasar. Kututup telepon tanpa menunggunya selesai bicara. Tak lama kemudian, handphoneku kembali berbunyi dan meski masih kesal, akupun mengangkatnya dengan setengah membentak. “Apalagi??”

“Sayang, aku pulang sekarang, aku akan ambil dompet dan mengantarnya padamu. Sayang sekarang ada dimana?” tanya suamiku cepat , kuatir aku menutup telepon kembali. Aku menyebut nama salonku dan tanpa menunggu jawabannya lagi, aku kembali menutup telepon. Aku berbicara dengan kasir dan mengatakan bahwa suamiku akan datang membayarkan tagihanku. Si empunya Salon yang sahabatku sebenarnya sudah membolehkanku pergi dan mengatakan aku bisa membayarnya nanti kalau aku kembali lagi. Tapi rasa malu karena “musuh”ku juga ikut mendengarku ketinggalan dompet membuatku gengsi untuk berhutang dulu.

Hujan turun ketika aku melihat keluar dan berharap mobil suamiku segera sampai. Menit berlalu menjadi jam, aku semakin tidak sabar sehingga mulai menghubungi handphone suamiku. Tak ada jawaban meskipun sudah berkali-kali kutelepon. Padahal biasanya hanya dua kali berdering teleponku sudah diangkatnya. Aku mulai merasa tidak enak dan marah.

Teleponku diangkat setelah beberapa kali mencoba. Ketika suara bentakanku belum lagi keluar, terdengar suara asing menjawab telepon suamiku. Aku terdiam beberapa saat sebelum suara lelaki asing itu memperkenalkan diri, “selamat siang, ibu. Apakah ibu istri dari bapak armandi?” kujawab pertanyaan itu segera. Lelaki asing itu ternyata seorang polisi,  ia memberitahu bahwa suamiku mengalami kecelakaan dan saat ini ia sedang dibawa ke rumah sakit kepolisian. Saat itu aku hanya terdiam dan hanya menjawab terima kasih. Ketika telepon ditutup, aku berjongkok dengan bingung. Tanganku menggenggam erat handphone yang kupegang dan beberapa pegawai salon mendekatiku dengan sigap bertanya ada apa hingga wajahku menjadi pucat seputih kertas.

Entah bagaimana akhirnya aku sampai di rumah sakit. Entah bagaimana juga tahu-tahu seluruh keluarga hadir di sana menyusulku. Aku yang hanya diam seribu bahasa menunggu suamiku di depan ruang gawat darurat. Aku tak tahu harus melakukan apa karena selama ini dialah yang melakukan segalanya untukku. Ketika akhirnya setelah menunggu beberapa jam, tepat ketika kumandang adzan maghrib terdengar seorang dokter keluar dan menyampaikan berita itu. Suamiku telah tiada. Ia pergi bukan karena kecelakaan itu sendiri, serangan stroke-lah yang menyebabkan kematiannya. Selesai mendengar kenyataan itu, aku malah sibuk menguatkan kedua orangtuaku dan orangtuanya yang shock. Sama sekali tak ada airmata setetespun keluar di kedua mataku. Aku sibuk menenangkan ayah ibu dan mertuaku. Anak-anak yang terpukul memelukku dengan erat tetapi kesedihan mereka sama sekali tak mampu membuatku menangis.

Ketika jenazah dibawa ke rumah dan aku duduk di hadapannya, aku termangu menatap wajah itu. Kusadari baru kali inilah aku benar-benar menatap wajahnya yang tampak tertidur pulas. Kudekati wajahnya dan kupandangi dengan seksama. Saat itulah dadaku menjadi sesak teringat apa yang telah ia berikan padaku selama sepuluh tahun kebersamaan kami. Kusentuh perlahan wajahnya yang telah dingin dan kusadari inilah kali pertama kali aku menyentuh wajahnya yang dulu selalu dihiasi senyum hangat. Airmata merebak dimataku, mengaburkan pandanganku. Aku terkesiap berusaha mengusap agar airmata tak menghalangi tatapan terakhirku padanya, aku ingin mengingat semua bagian wajahnya agar kenangan manis tentang suamiku tak berakhir begitu saja. Tapi bukannya berhenti, airmataku semakin deras membanjiri kedua pipiku. Peringatan dari imam mesjid yang mengatur prosesi pemakaman tidak mampu membuatku berhenti menangis. Aku berusaha menahannya, tapi dadaku sesak mengingat apa yang telah kuperbuat padanya terakhir kali kami berbicara.

 Aku teringat betapa aku tak pernah memperhatikan kesehatannya. Aku hampir tak pernah mengatur makannya. Padahal ia selalu mengatur apa yang kumakan. Ia memperhatikan vitamin dan obat yang harus kukonsumsi terutama ketika mengandung dan setelah melahirkan. Ia tak pernah absen mengingatkanku makan teratur, bahkan terkadang menyuapiku kalau aku sedang malas makan. Aku tak pernah tahu apa yang ia makan karena aku tak pernah bertanya. Bahkan aku tak tahu apa yang ia sukai dan tidak disukai. Hampir seluruh keluarga tahu bahwa suamiku adalah penggemar mie instant dan kopi kental. Dadaku sesak mendengarnya, karena aku tahu ia mungkin terpaksa makan mie instant karena aku hampir tak pernah memasak untuknya. Aku hanya memasak untuk anak-anak dan diriku sendiri. Aku tak perduli dia sudah makan atau belum ketika pulang kerja. Ia bisa makan masakanku hanya kalau bersisa. Iapun pulang larut malam setiap hari karena dari kantor cukup jauh dari rumah. Aku tak pernah mau menanggapi permintaannya untuk pindah lebih dekat ke kantornya karena tak mau jauh-jauh dari tempat tinggal teman-temanku.

Saat  pemakaman, aku tak mampu menahan diri lagi. Aku pingsan ketika melihat tubuhnya hilang bersamaan onggokan tanah yang menimbun. Aku tak tahu apapun sampai terbangun di tempat tidur besarku. Aku terbangun dengan rasa sesal memenuhi rongga dadaku. Keluarga besarku membujukku dengan sia-sia karena mereka tak pernah tahu mengapa aku begitu terluka kehilangan dirinya.

Hari-hari yang kujalani setelah kepergiannya bukanlah kebebasan seperti yang selama ini kuinginkan tetapi aku malah terjebak di dalam keinginan untuk bersamanya. Di hari-hari awal kepergiannya, aku duduk termangu memandangi piring kosong. Ayah, Ibu dan ibu mertuaku membujukku makan. Tetapi yang kuingat hanyalah saat suamiku membujukku makan kalau aku sedang mengambek dulu. Ketika aku lupa membawa handuk saat mandi, aku berteriak memanggilnya seperti biasa dan ketika malah ibuku yang datang, aku berjongkok menangis di dalam kamar mandi berharap ia yang datang. Kebiasaanku yang meneleponnya setiap kali aku tidak bisa melakukan sesuatu di rumah, membuat teman kerjanya kebingungan menjawab teleponku. Setiap malam aku menunggunya di kamar tidur dan berharap esok pagi aku terbangun dengan sosoknya di sebelahku.

Dulu aku begitu kesal kalau tidur mendengar suara dengkurannya, tapi sekarang aku bahkan sering terbangun karena rindu mendengarnya kembali. Dulu aku kesal karena ia sering berantakan di kamar tidur kami, tetapi kini aku merasa kamar tidur kami terasa kosong dan hampa. Dulu aku begitu kesal jika ia melakukan pekerjaan dan meninggalkannya di laptopku tanpa me-log out, sekarang aku memandangi komputer, mengusap tuts-tutsnya berharap bekas jari-jarinya masih tertinggal di sana. Dulu aku paling tidak suka ia membuat kopi tanpa alas piring di meja, sekarang bekasnya yang tersisa di sarapan pagi terakhirnyapun tidak mau kuhapus. Remote televisi yang biasa disembunyikannya, sekarang dengan mudah kutemukan meski aku berharap bisa mengganti kehilangannya  dengan kehilangan remote. Semua kebodohan itu kulakukan karena aku baru menyadari bahwa dia mencintaiku dan aku sudah terkena panah cintanya.

Aku juga marah pada diriku sendiri, aku marah karena semua kelihatan normal meskipun ia sudah tidak ada. Aku marah karena baju-bajunya masih di sana meninggalkan baunya yang membuatku rindu. Aku marah karena tak bisa menghentikan semua penyesalanku. Aku marah karena tak ada lagi yang membujukku agar tenang, tak ada lagi yang mengingatkanku sholat meskipun kini kulakukan dengan ikhlas. Aku sholat karena aku ingin meminta maaf, meminta maaf pada Allah karena menyia-nyiakan suami yang dianugerahi padaku, meminta ampun karena telah menjadi istri yang tidak baik pada suami yang begitu sempurna. Sholatlah yang mampu menghapus dukaku sedikit demi sedikit. Cinta Allah padaku ditunjukkannya dengan begitu banyak perhatian dari keluarga untukku dan anak-anak. Teman-temanku yang selama ini kubela-belain, hampir tak pernah menunjukkan batang hidung mereka setelah kepergian suamiku.

Empat puluh hari setelah kematiannya, keluarga mengingatkanku untuk bangkit dari keterpurukan. Ada dua anak yang menungguku dan harus kuhidupi. Kembali rasa bingung merasukiku. Selama ini aku tahu beres dan tak pernah bekerja. Semua dilakukan suamiku. Berapa besar pendapatannya selama ini aku tak pernah peduli, yang kupedulikan hanya jumlah rupiah yang ia transfer ke rekeningku untuk kupakai untuk keperluan pribadi dan setiap bulan uang itu hampir tak pernah bersisa. Dari kantor tempatnya bekerja, aku memperoleh gaji terakhir beserta kompensasi bonusnya. Ketika melihatnya aku terdiam tak menyangka, ternyata seluruh gajinya ditransfer ke rekeningku selama ini. Padahal aku tak pernah sedikitpun menggunakan untuk keperluan rumah tangga. Entah darimana ia memperoleh uang lain untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga karena aku tak pernah bertanya sekalipun soal itu.Yang aku tahu sekarang aku harus bekerja atau anak-anakku takkan bisa hidup karena jumlah gaji terakhir dan kompensasi bonusnya takkan cukup untuk menghidupi kami bertiga. Tapi bekerja di mana? Aku hampir tak pernah punya pengalaman sama sekali. Semuanya selalu diatur oleh dia.

Kebingunganku terjawab beberapa waktu kemudian. Ayahku datang bersama seorang notaris. Ia membawa banyak sekali dokumen. Lalu notaris memberikan sebuah surat. Surat pernyataan suami bahwa ia mewariskan seluruh kekayaannya padaku dan anak-anak, ia menyertai ibunya dalam surat tersebut tapi yang membuatku tak mampu berkata apapun adalah isi suratnya untukku.

  Istriku Liliana tersayang,

Maaf karena harus meninggalkanmu terlebih dahulu, sayang. maaf karena harus membuatmu bertanggung jawab mengurus segalanya sendiri. Maaf karena aku tak bisa memberimu cinta dan kasih sayang lagi. Allah memberiku waktu yang terlalu singkat karena mencintaimu dan anak-anak adalah hal terbaik yang pernah kulakukan untukmu.

Seandainya aku bisa, aku ingin mendampingi sayang selamanya. Tetapi aku tak mau kalian kehilangan kasih sayangku begitu saja. Selama ini aku telah menabung sedikit demi sedikit untuk kehidupan kalian nanti. Aku tak ingin sayang susah setelah aku pergi. Tak banyak yang bisa kuberikan tetapi aku berharap sayang bisa memanfaatkannya untuk membesarkan dan mendidik anak-anak. Lakukan yang terbaik untuk mereka, ya sayang.

Jangan menangis, sayangku yang manja. Lakukan banyak hal untuk membuat hidupmu yang terbuang percuma selama ini. Aku memberi kebebasan padamu untuk mewujudkan mimpi-mimpi yang tak sempat kau lakukan selama ini. Maafkan kalau aku menyusahkanmu dan semoga Tuhan memberimu jodoh yang lebih baik dariku.

Teruntuk Farah, putri tercintaku. Maafkan karena ayah tak bisa mendampingimu. Jadilah istri yang baik seperti Ibu dan Farhan, ksatria pelindungku. Jagalah Ibu dan Farah. Jangan jadi anak yang bandel lagi dan selalu ingat dimanapun kalian berada, ayah akan disana melihatnya. Oke, Buddy!

  Aku terisak membaca surat itu, ada gambar kartun dengan kacamata yang diberi lidah menjulur khas suamiku kalau ia mengirimkan note.

Notaris memberitahu bahwa selama ini suamiku memiliki beberapa asuransi dan tabungan deposito dari hasil warisan ayah kandungnya. Suamiku membuat beberapa usaha dari hasil deposito tabungan tersebut dan usaha tersebut cukup berhasil meskipun dimanajerin oleh orang-orang kepercayaannya. Aku hanya bisa menangis terharu mengetahui betapa besar cintanya pada kami, sehingga ketika ajal menjemputnya ia tetap membanjiri kami dengan cinta.

Aku tak pernah berpikir untuk menikah lagi. Banyaknya lelaki yang hadir tak mampu menghapus sosoknya yang masih begitu hidup di dalam hatiku. Hari demi hari hanya kuabdikan untuk anak-anakku. Ketika orangtuaku dan mertuaku pergi satu persatu meninggalkanku selaman-lamanya, tak satupun meninggalkan kesedihan sedalam kesedihanku saat suamiku pergi.

Kini kedua putra putriku berusia duapuluh tiga tahun. Dua hari lagi putriku menikahi seorang pemuda dari tanah seberang. Putri kami bertanya, “Ibu, aku harus bagaimana nanti setelah menjadi istri, soalnya Farah kan ga bisa masak, ga bisa nyuci, gimana ya bu?”

Aku merangkulnya sambil berkata “Cinta sayang, cintailah suamimu, cintailah pilihan hatimu, cintailah apa yang ia miliki dan kau akan mendapatkan segalanya. Karena cinta, kau akan belajar menyenangkan hatinya, akan belajar menerima kekurangannya, akan belajar bahwa sebesar apapun persoalan, kalian akan menyelesaikannya atas nama cinta.”

Putriku menatapku, “seperti cinta ibu untuk ayah? Cinta itukah yang membuat ibu tetap setia pada ayah sampai sekarang?”

Aku menggeleng, “bukan, sayangku. Cintailah suamimu seperti ayah mencintai ibu dulu, seperti ayah mencintai kalian berdua. Ibu setia pada ayah karena cinta ayah yang begitu besar pada ibu dan kalian berdua.”

Aku mungkin tak beruntung karena tak sempat menunjukkan cintaku pada suamiku. Aku menghabiskan sepuluh tahun untuk membencinya, tetapi menghabiskan hampir sepanjang sisa hidupku untuk mencintainya. Aku bebas darinya karena kematian, tapi aku tak pernah bisa bebas dari cintanya yang begitu tulus.

.

Minggu, 06 November 2011

For You

'' I LoVe You Deddy "
Jika ini akhir dari segalanya bagiku
  ... aku harap ini awal ...
kehidupanmu Yang baru


From : F 36 Y , L17 Y and  Jr.

Sabtu, 05 November 2011

Apapun yang terjadi....Aku selalu mencintaimu

Jika sekiranya kau bukan lagi bagian dari taman kahyangan itu….
Ibarat kelapa yang telah dikupas, diperas hingga tinggal ampasnya
kemudian dibuang!....Aku toh masih tetap akan menerimamu
Aku memang tidak akan memanjakanmu seperti dahulu!
Namun aku tetap akan setia mendampingimu
Sebab mungkin engkau telah ditakdirkan menjadi jiwa dari api sulbiku.

Jika sekiranya kau bukan lagi bagian dari langit malam itu….
Ibarat bintang yang tidak mampu lagi berkerlip
karena diterpa segala asa! Akupun tidak akan terlalu peduli
Sebab aku akan menjelma sebagai mentari
Yang senantiasa menyinarimu lewat perantaraan sang rembulan
Sebab mungkin engkau telah ditakdirkan menjadi bagian dari hati dan nadiku

Hanya saja….
Pintaku….
Bisikkan saja sendiri kisahmu kedalam telingaku
Jangan biarkan aku mendengarkan segala asamu
Dalam gurauan setan-setan itu.

Jujurlah padaku!
Sebab kau bukan hanya sekadar menjadi Belahan jiwaku
Namun juga ayah dari anak-anakku kelak!

.

Minggu, 30 Oktober 2011

RINDU

selama aku mencari, selama aku menanti
bayang-bayangmu di batas senja
matahari membakar rinduku
ku melayang terbang tinggi
bersama mega-mega, menembus dinding waktu
ku terbaring dan pejamkan mata
dalam hati ku panggil namamu
semoga saja kau dengar dan merasakan
getaran di hatiku yang lama haus akan belaianmu
seperti saat dulu saat-saat pertama
kau dekap dan kau kecup bibir ini
dan kau bisikkan kata-kata aku cinta padamu
peluhku berjatuhan, menikmati sentuhan
perasaan yang teramat dalam
telah kau bawa segala yang ku punya
rindu ini telah sekian lama terpendam
getaran di hatiku yang lama haus akan belaianmu
seperti saat dulu saat-saat pertama
kau dekap dan kau kecup bibir ini
dan kau bisikkan kata-kata yeah aku cinta
kepadamu ... kepadamu ...

.

Jumat, 28 Oktober 2011

Suatu Saat Nanti....di Masa Depan

Sekarang..
Kamu bisa menolak
Kamu bisa membenci
Kamu bisa mempermainkan
Kamu bisa menuduh
Kamu bisa mencaci maki
Kamu bisa angkuh
Kamu bisa menyiksa
Kamu bisa menghancurkan hatiku

Suatu saat nanti... di masa depan
Kamu akan berlutut seraya berkata :
“Aku telah berpura-pura”,
“Aku telah bersandiwara”,
“Aku telah berdusta”,
“Maafkan aku”,
“Sebenarnya aku rapuh, saat membutuhkanmu”,
“Sejujurnya aku menangis bila rindu”,
“Aku sungguh menyayangimu”,
“Aku benar benar mencintaimu”.

Suatu saat nanti... di masa depan
Kamu akan  meraih tanganku
Kamu dekap erat tubuhku
saat air matamu berlinang perlahan
berderai, luruh berjatuhan
menimpa dan menyatu
dengan tubuhku yang tak lagi berdaya...

.

Jangan Kau Pergi

tak bisa ku terima
kau tinggalkanku saat ku butuh kamu
apa tak kau rasakan
betapa hancur hidupku tanpa kamu
aku terlanjur terlalu bergantung padamu
jangan pergi, jangan pergi
jangan kau pergi ku tak ingin sendiri
ku tak sanggup, ku tak sanggup
sungguh tak sanggup hidup tanpa cintamu

kau yang buatku tegar
tuk terus bertahan jalani hidup ini
aku terlanjur terlalu bergantung padamu
jangan pergi, jangan pergi
jangan kau pergi ku tak ingin sendiri
ku tak sanggup, ku tak sanggup
sungguh tak sanggup hidup tanpa cintamu
aku terlanjur terlalu bergantung padamu
jangan pergi, jangan pergi
jangan kau pergi ku tak ingin sendiri
ku tak sanggup, ku tak sanggup
sungguh tak sanggup hidup tanpa cintamu


AKU + KAMU

Kalau aku ini satu maka aku adalah tiada
Kalau pijakmu jengah maka aku terbang saja
Kalau aku awan dan kalau saja kamu bintang
Maka layaknya sihir, lebih baik langit melenyap
Karna lalu buat apa ada renggang di antara jariku
Buat apa dicipta hati yang luas
Kalau bukan jadi tempatmu mengadu
Karna lalu buat apa ada dua
Kalau yang ada hanya aku
Dan di sisi yang lain hanya ada kamu
Jadi di sinilah kita, di satu peraduan yang sama
Belajar tertawa, belajar menangis
Belajar mengajar, belajar mendengar
Di sinilah kita belajar Cinta

.

Jejak Kekasih.....

Dingin pagi melingkup dunia kecilku
kuingin kau selalu hadir disetiap jaga dan lenaku
kujuga ingin kau temani aku
beriring dalam jalan gelap maupun terang
jangan pernah menjauh apalagi
pergi meninggalkan diriku sepi..
dibahumu… kuingin sandarkan lelah jiwa
berdua melarung mimpi sampai nafas kan terjemput
ketukan dingin angin diwajahku
tak membuatku surut tuk tetap
bersimpuh dialtar kuasa Illahi Robbi
sembari kumengisahkan baitan
isi hati direruntuhan air mata do’a
untukmu cinta ini abadi….
simpuhku dalam bening pagi
sisi anganku menyisir jejak kasih yang kau tinggalkan
ada desah nyeri bercampur ratap pilu dan harap
engkau ada dimana….
disini aku masih selalu menunggumu..
jemput aku dan berikan seulas simpulmu
tuk menjadi penguat hatiku agar kumampu
menuju dermaga impian yang telah lama kita dambakan
kasih….
apakah tilas jejak cintaku telah terhapus dipendopo hatimu..?
sungguh…disini semua masih tersirat nyata
jejak kasihmu yang tersisa kan selalu kurawat tuk menjadi
tongkat pelipur dalam rana diri dibenua sepi..

.

Kamis, 27 Oktober 2011

Doa'ku di setiap 1/3 malam

Tuhan... kabulkanlah permintaanku ini.
Aku sangat mencintainya.
Jika dia mencintaiku, biarkan aku menjadi pendamping hidupnya
Jika dia tidak mencintaiku, buatlah agar dia cinta padaku.
Jika dia sudah terikat dengan yang lain, buatlah agar dia berpaling padaku.

Tuhan.... kabulkanlah do'aku ini
Jika dia baik untukku, dekatan aku sedekat nadi dan detak jantungku
Jika dia tak baik untukku, buatlah dia yang terbaik untukku
Apapun yang terjadi, buatlah agar aku dan dia bersatu.
Amin Ya Rabb....
.

Rabu, 26 Oktober 2011

"SURATMU YG PERTAMA BUATKU........"

23 Januari 2010
Kutulis untuk kakakku yang selalu ada dalam hela nafasku

Assalamu ‘alaikum Kakak…
Semoga saat kakak membaca surat ini, kakak dalam keadaan tersenyum. Karena Allah telah menghadirkan kembali rasa sayang serta KasihNya padamu. rasa yang sama saat kita bersama dulu, menjalani hari – hari penuh lelah, merangkai senyum dalam keletihan. Namun, kita menghimpunnya dalam suasana penuh cinta.


Kakakku.
Sekali lagi aku menyapamu, untuk sebuah rasa rinduku padamu. Apa kabarmu hari ini? Dari tempat aku menulis sepucuk surat ini, aku selalu berdoa dalam segenap hatiku, agar engkau di sana tetap teguh dalam keimanan, dan Allah tak pernah hentinya mencurahkan RahmatNya padamu. Walau aku tau...surat in tak akan pernah sampai di tanganmu hingga waktunya tiba nanti.


Kakak…
Pernahkah kau berpikir mengapa Allah mempertemukan kita? Adakah semua kenangan indah yang kita alami terjadi begitu saja. Aku tak kuasa membendung butiran cinta bila merenungi semua ini. Semalam di sepertiga malamku, ku curahkan segenap rinduku pada Sang Pemberi Cinta, karena aku tahu padaNya lah bermula rasa rinduku padamu. dan tak lupa sebait doa ku lantunkan di sepertiga malam ku itu, agar kau selalu dalam naunganNya.


Kakak….
Terakhir kali kala kita akan berpisah, sebenarnya aku benar – benar tak kuasa melepasmu, kenangan - kenangan manis yang telah lama kita jalin, rasanya terlalu erat untuk diuraikan. Tapi senyummu ketika itu, mengisyaratkan agar aku tetap tabah. Hingga kini bila jiwaku terasa sunyi wajah ceriamu selalu hadir. Seolah engkau benar – benar ada di sampingku. Menghiburku dengan cerita – cerita indah dari syurga, cerita tentang orang – orang yang selalu dikasihi Allah karena saling mencintai karenaNya.


Kakak…
Suatu kali saat cahaya senja menaungiku di bibir pantai, aku termenung sambil menatap riak – riak air laut yang tenang. membiarkan angin dengan lembutnya menerpa wajahku. Mengusikku, yang kala itu sedang terkenang akan dirimu. Dan butiran beningpun kembali mengalir, sesekali riak – riak air laut menggodaku, menyentuh kakiku yang tak beralas.


Kakakku, yang jiwamu selalu terpancar cahaya keimanan
Bila bisa memilih, aku ingin selalu setia bersamamu, mendengarkan cerita – cerita indahmu, atau menghiburmu kala kau sedang berduka. Tapi, aku mengerti bahwa sang Khaliq telah menyiapkan skenario terindahnya untuk kita, sehingga Tak ku risaukan lagi apapun takdir Tuhan tentang kita nantinya, bisa mengenalmu saja aku sudah sangat bersyukur. Aku bersyukur karena Allah telah menghadirkan dirimu pada sepotong mozaik hidupku yang singkat ini. Sepotong kenangan indah bersamamu, mampu mencerahkan setiap langkahku.


Kakak….
Sepucuk Surat yang engkau genggam ini, ku tulis dengan hati yang bergetar. Setiap untaian katanya adalah kuntum – kuntum rinduku padamu. aku menulisnya dengan perasaan yang sama saat engkau beri janji tak kan pernah meninggalkan aku, bahwa kita akan bertemu kembali di tempat terindahNya, syurga firdaus. Kini, saat kita tak bersama lagi. Hanya janji suci itulah yang menguatkan aku, mengiringi langkahku dalam merangkai cita – cita.

Kakakku,
Semenjak aku mengenalmu, aku telah mengenal banyak orang, bertemu bermacam rupa manusia. Namun, tak kutemukan satupun perasaan yang sama saat bersamamu. Ada kehangatan jiwa yang ku rasakan, saat kita menertawakan kecerobohan kita sendiri, kau telah mengajari aku bagaimana cara agar kita tetap tersenyum, meski takdir terasa pahit.


Kakakku…
Ku harap engkau selalu dalam kebaikan, jagalah selalu shalatmu, tilawahmu, serta lisanmu. Sehingga para malaikat menyaksikan engkau sebagai hambaNya yang sempurna dalam keimanan. Sahabatku, ku harap pula agar engkau selalu menjaga akhlakmu di manapun engkau berada, serta kepada siapapun, kepada orang yang muda ataupun tua, bahkan kepada orang – orang yang membencimu sekalipun.
Begitu juga diriku, ku mohon agar engkau selalu mendoakanku. Agar kita bisa menjadi pribadi yang menawan karena akhlak dan ilmu.


Kakakku..
Seterjal apapun perjalan yang kau tempuh, sepahit apapun kisah yang kau rasa. Ku mohon padamu, janganlah pernah berpaling dari cahayaNya. Yakinlah, bahwa engkau tak pernah sendiri, Allah dengan segala kemurahanNya akan selalu membimbingmu, asal dirimu selalu menjaga waktu untuk selalu dekat padaNya.

Kakakku yang hatinya selalu terpancar cahaya Illahi
Selalu ada ruang dihatiku untukmu, karena kau telah terlebih dahulu membesarkan hatiku. Dan aku berharap semoga kita bertemu kembali walau di tempat dan waktu yang berbeda, namun masih ada cinta di sana.


Kakakku, yang karena Allah aku merindukanmu.
Inilah sepucuk surat yang ku tulis untukmu, ku tulis dengan hati yang ikhlas, dengan jiwa yang basah. Semoga saat engkau membacanya, semakin terjalinlah rasa pesaudaraan kita. Dan semakin semangat pula ikhtiar kita menuju jalanNya. Semoga Allah menghimpun kita di taman – taman surganya.

Wassalam.

.

Selasa, 25 Oktober 2011

~"SOLITUDE"~

Sendiri aku meniti hari melewati sepi
Sendiri aku menapaki sunyi merangkum mimpi
Sendiri aku membelai resah............
memendam duka dan mengecup luka
Sendiri aku menguak derita merobek rasa
Sendiri aku menata hati..............
dan tertatih aku tanpa kasihmu
Karena...........
Kamu adalah angan dalam kelam
Sisa mimpi tadi malam
kamu adalah pencuri hati
Dari masa lalu..........
Yang pernah berlari dengan sepotong hatiku
Dan kamu adalah perahu
Yang tak mau menunggu.....
Kusediakan tempat untuk berlabuh
 
.

Hujan di Hatiku

Hujan deras di hatiku
teriris rasa cengeng nan manja
kian deras membanjiri rasaku
membuatku ingin berhenti
dari perjalanan yang penuh lara
menghindari bosan dari permainan luka.

Tetes demi tetes menggores dalam
kian mendalam dan terus mendalam
menciptakan pekat padamkan asa
terus menetes dan tak tau malu
dan tiap tetesannya bagai timah panas
membakar peta hidupku
memporak porandakan tatanan jalanku
membuatku kian tersesat 
dan jauh dan semakin jauh tersesat

Aku bosan begini
aku ingin hidup...tapi tak begini.

.

Menunggu Pagi


Menunggu Pagi  -2

entah apa rasaku
seakan melayang dalam gelap
sukmakupun tersakiti
oleh lelah berkepanjangan

rindu padamu menyeruak
menguliti detak jantungku
coba menghangatkan
tapi malah menghangus leburkan

terus terpaku
ditengah debu malam
digrogoti asap daun sebatang
kucoba usir kegalauan

malam, kapankah kau pergi 

Menunggu Pagi  -3

Jika saja dengan menangis
bisa ku urai duka yang mengiris
andai dengan tawa
bisa kualihkan lara yang menggila

Andai bisa tapi aku tak bisa
hanya hampa dan sepa
hanya terus dan terus berusaha
agar tetap terjaga

"karena jika aku tertidur aku pasti tak bisa bangun lagi"
 
.

Senin, 24 Oktober 2011

Bila Rasaku Ini Rasamu


Aku Memang Terlanjur Mencintaimu
Dan Tak Pernah Ku Sesali Itu
Seluruh Jiwa Telah Ku Serahkan
Menggenggam Janji Setiaku

Kumohon Jangan Jadikan Semua Ini
Alasan Kau Menyakitiku
Meskipun Cintamu Tak Hanya Untukku
Tapi Cobalah Sejenak Mengerti

Bila Rasaku Ini Rasamu
Sanggupkah Engkau Menahan Sakitnya
Terkhianati Cinta Yang Kau Jaga

Coba Bayangkan Kembali
Betapa Hancurnya Hati Ini Kasih
Semua Telah Terjadi

Sabtu, 22 Oktober 2011

Syair CINTA untukmu

Sayangku...
kenalilah musim hujan yang basah
dan kemarau yang meranggaskan daun-daun kering
di sepanjang hari dalam dua belas purnama
karena cintaku bersemi di dua musim

Sayangku...
kenalilah gelisah angin di antara buluh-buluh bambu
yang meliuk ke kanan dan meliuk ke kiri
yang menggemerisik di antara sunyi
karena ada bisikan tentang gelisahku

Sayangku...
ketika senja turun di bukit-bukit tak berpenghuni
ada rona yang dilukiskan pada latar langitnya
merah membara dan kadang-kadang lembayung
kenalilah warnanya yang disapukan dari rinduku

Sayangku...
malam-malamku adalah catatan tentang cinta
dinginnya menghangatkan dan memberi aroma rasa
aku jejaki purnama yang tenggelam di antara awan
dan aku ingin terbenam bersama cinta yang kau bawa

( Ketika nanti aku datang...aku ingin duduk bersamamu membaca syair ini berdua )
.

Harapanku

Dia bilang sayang aku, dia bilang mau memberi warna di kehidupanku... 
Apakah aku harus gembira atau dia cuma menghiburku.?
Harapanku...
dia akan  menemaniku sepanjang sisa hidupku
mengisi kekosonganku
memberi nuansa warnanya di hitamku
menghapus air mataku
mengganti sedihku dengan bahagianya.
Dan.....
benar - benar menyayangiku seperti yang dia bilang

.

Now......I Know Who You Are....


Aku baru tahu
Kau bagaikan awan yang berselimut tanpa arah
Aku baru tahu
Hatimu bagaikan sebuah pisau bisa menggores kapanpun
Tega...tega,,,, seseorang yang entah dimana
Menusukku dari belakang hanya karena sebuah dendam
Dendam yang tak pernah aku tahu
Dendam yang perlahan menyakitiku
Tapi aku baru tahu.
Petunjuk sang pencipta membuatku bangkit
Bangkit dari ketidakberdayaan
Bangkit dari keputusasaan
Bangkit dari kekecewaan
Dan..aku baru tahu
Kalau dirimu tak lebih dari iblis
Dan aku baru tahu dirimulah... PPENGHIANAT  itu.

.

Kejamnya Dirimu...


Ketika aku mengenalmu ku kira kau begitu baik
Tapi aku salah menilai tentangmu
Sejak aku tau kau tak anggap diriku sebagai kekasihmu
Hatiku sangat sedih sekali dan rasanya aku ingin menangis
Tapi air mata ini tak dapat keluar lagi
Setiap malam ku selalu memikirkanmu
Tapi semua itu hanya membuat hatiku makin tersiksa
Betapa bodohnya diriku ini
Menyukaimu yang tak pernah pedulikanku
Banyak laki-laki yang menyukaiku tapi aku lebih memilih dirimu
Tuk jadi yang terbaik di hatiku
Nyatanya semua itu hanya hayalku belaka

Mengapa kau tega menyakiti hatiku ?
Mengapa kau tega membuatku menangis ?
Meneteskan air mata yang tak pernah menetes ini
Mengapa...mengapa...dan mengapa... ?
Aku masih mengharapkan dirimu
Tuk jadi yang terbaik di hatiku
Padahal kau tlah menyakiti hatiku

Perih rasanya hati ini karenaku disakiti oleh orang yang ku sayang
Orang yang slalu ku puja dan orang yang slalu ku idam-idamkan
Kejamnya dirimu padaku dan mengapa kau lakukan ini padaku ?

Apakah salah jika aku mencintai seseorang yang sudah dimiliki orang lain?,
Apakah salah jika aku ingin memiliki seseorang yang sudah mencintai orang lain?,
Apakah salah jika aku merindukan seseorang yang tidak pernah mengharapkanku?,
Apakah salah jika aku mengharapkan seseorang yang tidak merindukanku?,


Bila aku salah maafkanlah diriku
Karena aku tak tau kau tak boleh disayangi,dicintai dan disukai
Oleh diriku...

.

Jumat, 21 Oktober 2011

Mengalirlah Kau Bersamaku

Sering tanpa kita sadari...
orang orang datang silih berganti dalam kehidupan kita..
meminum air dari sumber yang sama...
berbagi udara yang terhirup diruangan yang sama
berbisik..tertawa...bersenandung....
lalu pergi menghilang bagai cepatnya mata mengerjap perlahan
suara mereka masih terdengar,
wajah mereka masih terekam
bahkan kadang kita masih bertemu lagi dalam mimpi...
tetapi semuanya hanya seperti box televisi
yang berganti chanel
dan berharap ada acara yang membuat kita terhibur...
dan yang membuat kita merasa ada...

Aku...nggak ingin seperti itu...

Aku ingin...aku dan kamu, kawan ...
sama sama mengalir di sungai yang sama...
dengan perahu yang sama
dari muara yang sama...
hingga kelaut lalu keujung dunia
bersama sama...
aku ingin kita saling menemani...
dari satu halte kehidupan menuju halte kehidupan lainnya
sambil saling menggenggam ketulusan hati...
dan aku ingin....di blogku yang sederhana ini
..... mengalirlah kau , bersamaku.......

(untukmu yang sayang aku dan ingin memberi warna di hitamku)

.

Kamis, 20 Oktober 2011

Tentang AKU dan KAMU

Aku dan kamu..
Aku tak pernah bertemu dengan kamu,
tak pernah aku menatap dan melihat wajah kamu.
Hanya ada bayangan jingga diantara aku dan kamu.
Aku tak tahu awal cerita tentang aku dan kamu.
Aku hanya tahu, kamu selalu hadir didalam hari-hari aku.
Aku tak pernah berniat untuk mengejar bayangan tentang kamu,
dan aku tak ingin mencari pengganti bayangan tentang kamu.

Aku dan kamu..
Kamu adalah biru, biru yang selalu terbentang cantik diatas langit.
Kamu bagaikan nyanyian malam yang selalu hadir
diantara sayatan bahagia dan pedihku.
Kamu..yah kamu adalah pelangi, pelangi yang memiliki warna-warna,
dan warna itu selalu menghiasi cerita aku dan kamu.
Kamu, tak pernah aku bisa melukiskan tentang kamu,
karena kamu adalah lukisan yang tidak pernah bisa aku pahami.
Karena aku tidak pernah tahu cara melukiskan kamu.

Aku dan kamu..
Aku dan kamu selalu saja melewati waktu demi waktu,
menit demi menit dan detik demi detik.
Aku dan kamu tak pernah terpikir untuk bisa memberikan jawaban
kapan semua cerita tentang aku dan kamu akan berakhir.
Aku dan kamu, hanya didalam satu ruang hampa
terbentang satu kisah tentang aku dan kamu.
Aku dan kamu, lelah kadang datang menghampiri aku dan kamu.
Aku dan kamu, tawa dan canda ada diantara aku dan kamu.
Aku dan kamu, rasa yang tidak pernah bisa ditebak oleh aku dan kamu.
Aku dan kamu, bosan kadang menyapa aku dan kamu.
Aku dan kamu, mimpi dan khayal menjadi hiasan aku dan kamu.
Aku dan kamu, waktu seakan berhenti untuk mendengar desahan aku dan kamu.
Aku dan kamu, gairah dan gejolak nafsu kadang hadir diantara aku dan kamu.
Aku dan kamu, hati yang bimbang mencari jawaban aku dan kamu.

Dear Kamu.......
Malam ini aku masih saja sama dengan aku yang kamu bayangkan.
Masih ditempat yang sama, masih dengan hasrat yang sama,
dan masih dengan raga yang sama.
Hanya saja kadang aku pergi untuk meninggalkan kamu.
Didalam diam aku, tak pernah sedikitpun aku melupakan kamu.
Jika aku pergi, itu bukan mau aku.
Itu pasti garis yang sudah ditentukan untuk aku dan kamu.
Jangan pernah aku dan kamu mengingkari garis antara aku dan kamu yang sudah direncanakan oleh-Nya. Aku dan kamu hanya sepenggal cerita yang tak pernah aku dan kamu tahu seperti apa akhirnya.
Kamu tahu aku selalu ada didekat kamu, dan aku tahu kamu selalu saja meniupkan doa indah untuk aku. Kamu bukanlah malam ataupun siangku, kamu bukan mentari ataupun bintang.
Kamu hanyalah kamu dan aku akan tetap menjadi aku.

.

Selasa, 18 Oktober 2011

Sang Pencari

Larut malam selepas awan menutupi rembulan
kutuliskan puisi untukmu
terurai indah dari tinta emas yang kusimpan dalam kalbu
terpilih dari untaian kata yang biasa dipakai para bidadari
agar bisa kau mengerti sesederhana sunyi yang mengintip pada malam ini

Larut malam selepas awan menutupi rembulan
Suara gelisahmukah yang masih kudengar dari sini ?
seperti burung burung pagi
yang resah meninggalkan jerami tempat telurnya akan menetas nanti
Suara helaan nafas penantianmukah yang terbawa angin ini ?
bagai saputangan yang terjatuh
yang berharap sang dewi memungut dan membasuh dengan air suci lagi

duhai kau yang mencari sejati
terjagalah sejenak
matikan detik waktumu
dengarlah apa yang akan kukatakan padamu
melalui syair yang tertulis di kampus larut malam
diatas sajadah dan untaian tasbih
sebagai alas bersimpuh yang setia menemani dalam kesunyian hati

duhai kau yang mencari sejati
yang meminum cinta dari telaga bening hati
yang datang dari negeri dengan keajaiban yang tak pernah selesai
telah kau bawa seribu hikmah titipan suci dari buku tulisan ayahanda Rumi
telah kau tawarkan kesejukan yang melebihi sejuknya simphoni embun pagi
telah kau berikan harapan dari kata yang kadang artinya belum kau pahami
bisikan hikmahmu bagai cinta seorang gadis yang membiarkan gerai rambutnya
dibelai lembut angin dan menanti disapa sang pujaan hati
untuk menembangkan keindahan sekuntum bunga
untuk membisikan cahaya diatas kemurnian cinta
untuk mengetuk dan membelai hati yang sempat terluka
duhai kau yang mencari sejati
dirimu telah mengembang keawan
dinanti bagai sayap bidadari..
dicari dalam rindu sepanjang senyuman matahari..
untukmu...

genggamlah kesendirian jiwa sejenak di kamar kalbu yang tersembunyi
karena tahun tahun yang singkat dan halaman buku yang padat
akan menulis betapa engkaulah sebenarnya sang bijak yang dicari...
sehingga akan membuat bumi menyapa pagi harimu
siang memayungi sejati suci cintamu
dan malam membuka singgasana indah untuk lelap tidurmu...

Larut malam selepas awan menutupi rembulan
puisi ini memang tak pernah selesai kubuat untukmu
karena engkaulah sebenarnya sang pencari sejati...
karena engkaulah sebenarnya sahabat yang banyak dinanti

(dan dihadapanmu, puisikupun bak sebutir batu yang tenggelam di lautan tak bertepi...)
dikutip dari  Hendry Chairulsyah
 
.

Aku mulai mencintaimu sejak kau beri aku luka

pernah aku mengenggam seribu duri
berikut onaknya yang
menyesatkan perjalananku
tapi tak selebih dalam luka yg kau timbulkan dan kau doakan
aku belajar menyadari
kemudian kau belajar memulai membenciku
telah aku balas kisah indahmu
dalam setiap bintang itu
aku jejalkan namamu
mungkin kau tak puas dengan hasrat
jadi kau lukakan tepat
diatas jantung ini
tak seberapa dalam memang
tapi perih
aku ingin membalas untuk mencintaimu
tak dendam aku torehkan dalam langkahmu
karena aku bukan begitu
aku begini mencintaimu
tahukah engkau
tiap malam aku menyanyikan namamu
dari senyummu aku terbitkan
sejuta puisi?
memang kau tak perduli
andai jasad ku mulai kaku dan membiru
tapi aku perduli jika jasad mu disisiku
aku jaga dengan segala keperdulian
karena aku begitu menyayangimu....dan
Aku mulai mencintaimu sejak kau beri aku luka

.

I know you by heart...

Aku tuliskan namamu
Dan kusimpan rapi di sudut hatiku
Meskipun kita belum pernah bertemu
Aku telah mengenalmu
 
.
.

Tentang RAFA

Rafa sadar sampai kapanpun DEF tak kan bisa menikahinya karena setatusnya sebagai suami orang. Apalagi DEF sudah menjadi seorang ayah. Sementara itu Danang sudah menantinya bertahun-tahun dan Rafa mengabaikannya.

     "Kenapa tidak kau angkat telponmu hari ini?" tanya DEF
Tadi siang DEF menelpon beberapa kali yang tak ku angkat  karena waktu itu ada staff meeting di aula dengan direktur RS dimana aku bekerja. Setelah selesai aku lupa buat menelpon DEF kembali dan langsung ke OK untuk menyelesaikan laporan yg sedikit tertunda.
     "Mendadak ada staf meeting tadi pagi." Kuambil donat seraya menuang air putih ke dalam gelas dan kusodorkan kepadanya. "maaf aku lupa untuk menelponmu."
     "Biasanya kau tidak pernah lupa untuk menelpon balik."
     "Kali ini aku lupa."
     "Mungkin karena perhatianmu sudah tersita untuk laki-laki itu?"
     Dahiku berkerut. "Laki-laki siapa?"
     "Pacarmu itu."
     "Pacarku, siapa?"
     "Danang."
     Aku menggeleng. "Danang bukan pacarku tetapi dia teman kerjaku. Kita sudah lama berteman sejak aku masuk Rumah Sakit ini."
     "Dan merencanakan pernikahan?"
     Aku terkejut. Memang 2 minggu yang lalu, Danang dan aku membicarakan tentang pernikahan. Saat itu aku dan dia dalam satu kendaraan saat perjalanan pulang.
     "Kapan kamu mau menikah?" tanya Danang sambil menyetir mobil.
     "Kalau sudah ketemu dengan yang masuk kriteria menjadi suamiku." sahutku.
     "Sudah ada yang masuk kriteriamu?"
     Aku meliriknya. Danang tetap melihat jalan tanpa sedikit menoleh padaku. Bicara tentang kriteria, Danang adalah satu-satunya pria yang aku kenal saat ini yang masuk kriteria untuk menjadi suamiku. Bila ada perbedaan diantara kita, hampir tidak terlihat dan aku mungkin masih bisa mentolerir. Tapi soal hati dan perasaan......
     "Menurutmu.....apakah aku masuk dalam kriteria sebagai pria yang ingin menjadi suamimu? Apakah kita akan menjadi pasangan yang cocok?"
     Kupandang wajahnya yang tyrus dan tetap memandang kedepan.
     "Ya, kamu orang yang cocok."
     Sebuah senyuman kecil terlukis di bibirnya.
     "So........." sambungnya lagi, "bagaimana kalau seandainya kita menikah?"
     Aku memutar tubuhku 90 derajat agar bisa dengan jelas memandangnya, dan Danang tetap tak menoleh tetap melihat kedepan dengan jari-jari yang mencengkeram setir kuat- kuat.
     "Maksudmu kita menikah?"
     "Hmmmmm........aaaahhhhh....eeeee...."
     Aku nyaris terbahak saat melihat dia tergagap-gagap. Supaya tak terlihat dan membuatnya bertambah malu, kualihkan pandanganku keluar jendela. Menghitung butiran- butiran air hujan yang menempel di kaca.
     "......kalau kamu mau......."
     Suara Danang seolah tercekik. Kumiringkan kepalaku dan memandangnya. Setelah bertahun-tahun, akhirnya berani juga dia menyatakan perasaannya padaku. "Akan kupikirkan," sahutku pendek saat itu.


***

         "Bagaimana kamu bisa menjalin kasih dengan laki-laki lain di belakangku?" suara DEF membuyarkan lamunanku.
     "Danang itu sahabatku. Teman satu Rumah Sakit," sahutku.
     "Sahabat yang ingin menikahimu?"
     "Siapa yang bilang kalau kami mau menikah?"
     DEF tertawa kecut. "Dunia ini kecil, Beib. Sepupuku ternyata  teman SMA adik Danang yg jg kekasihnya. Dia mendengar dari gadis itu saat Kakaknya membicarakan perihal pernikahan kalian dengan orang tuanya. Dan yang dibicarakan itu adalah kamu Beib. Tak kamu duga, kan?"
     Oh. Danang sudah membicarakan rencananya yang ingin menikahiku dengan kedua orang tuanya. padahal aku belum memberi dia jawaban.
     "Kita tak mungkin begini terus," sahutku. "Dari awal kita tahu bahwa hubungan ini tidak akan langgeng."
     "Jadi karena itu kamu mau mencari laki-laki lain?"
     "Aku tidak pernah mencari laki-laki lain!"
     "Lalu, Danang itu siapa? tidak cukupkah satu laki-laki untukmu?"
     Aku terperengah mendengar kalimat itu. Kutatap DEF dengan marah. "Beraninya kamu berkata begitu!" seruku. "Kamu pikir aku perempuan apa? Bagaimana dengan dirimu sendiri? Kamu sudah beristri tetapi masih menjalin hubungan denganku!"
     "Karena kamu mau!"
     Kulempar  DEF dengan buku yang aku pegang.
     "Rafa!" Ia melompat dari duduknya menghampiriku dan langsung mencengkeram lenganku. "Dengar, aku tidak akan mengijinkan dan sampai kapan pun kamu punya kekasih selain aku. Kamu adalah milikku! Mengertikah!"
     Air mataku berhamburan.
     "Aku bukan milik siapa-siapa," protesku. "Kamu pun tidak."

Tak pernah terbayangkan sebelumnya suatu saat dalam hidup Rafa akan jatuh cinta dan mencintai separah ini. Bahkan setelah DEF  memaksakan kehendaknya, cinta kasih Rafa pada DEF tak pernah luntur setitikpun.


     "Apakah kamu serius?"
     Danang menatapku dari balik kacamatanya. Aku ingin menundukkan wajahku agar tidak menatapnya. Namun kukuatkan hati membalas pandangannya.
     "Ya," sahutku. Suaraku terdengar lemah di telingaku sendiri. Hampir tak kudengar. Untuk sesaat kami terdiam. Kugunakan kesempatan untuk memandangi ubin yang putih. Lantas kudengar Danang menghela nafas panjang.
     "Kuharap kamu tidak bercanda," katanya. Suaranya terdengar lembut.
     "Aku serius."
     "Ini adalah suatu hal yang sangat penting dalam hidup aku."
     "Ya, begitu juga aku."
     "Benarkah demikian?"
     "Ya."
     "Nanti aku akan tanya mama kapan waktu yang tepat untuk meminangmu."
     Danang tersenyum manis. Memandang Danang yang begitu bahagia, hatiku terasa ngilu.Laki -laki di depanku ini begitu tulus menyayangiku.Pantaskah aku menjadikannya sebagai pelarian?
     Andai saja aku bisa mencintai Danang. Laki - laki ini tidak pernah menuntut apapun dariku. Ia selalu sabar dan tak pernah memaksakan kehendak. Ia selalu penuh pengertian dalam menghadapi aku. Dari keluarga yang harmonis. Ia berpendidikan, punya karier yang bagus, mapan, masa depan yang cerah. Mengapa aku tidak bisa mencintainya? mengapa justru aku menyayangi DEF?
     Ah. DEF, sudah beberapa minggu aku tak mendengar khabar darinya. Ia tak pernah mengirim pesan apalagi menelpon. Hatiku merasa tidak enak. Apalagi subuh itu DEF meninggalkan apartemenku dengan berlinang air mata.
     "Beib......." bisiknya ditelingaku. Ia masih memelukku kuat - kuat.
     ".............maafkan aku........"
     Ia membenamkan wajahnya di leherku. Samar - samar kudengar isakannya. Lirih mengiris hatiku.
Amarah yang tadi bergolak - golak di dadaku, perlahan surut mendengar sedu sedannya. Ah bagaimana bisa aku mencintai seorang laki - laki seperti ini? Tak pernah terbayangkan sebelumnya bahwa pada suatu saat dalam hidupku aku akan jatuh cinta dan mencintai seseorang separah ini. Bahkan setelah ia memaksakan kehendaknya padakupun, cintaku padanya tak luntur setitik pun.
     "Apakah kamu akan meninggalkan aku?" suaranya nyaris tak terdengar.
     Hatiku nyeri.
     "Aku tak ingin kamu menikahi laki - laki lain. Siapapun namanya." Ia melepaskan pelukannya. "Aku tak ingin membagimu dengan siapa pun. Bisakah kau mengerti?"
     Kupejamkan mata. Seandainya saja dunia berhenti berputar,biarlah DEF dan aku tetap disini, dalam waktu yang menjadi abadi.
     Ia mentapku dengan matanya yang hitam seperti malam. Mata lelaki yang sangat kucintai melebihi hidupku sendiri.
     "Mungkin aku bukan lelaki yang baik, kata DEF lagi, perlahan - lahan, "tetapi sungguh aku mencintaimu."
     Dikenakannya sepatunya. Tanpa meandangku dia membuka pintu. Seketika tangisku pecah saat pintu tertutup.

***

     Beberapa lama setelah  DEF meninggalkanku subuh itu, kunci apartemen aku ganti. Sebenarnya tak perlu kugantipun DEF tak kan datang lagi.
     Aku tak tahu kapan akan melihatnya lagi. Sekali dua kali aku tergoda untuk menanyakanya pada Laras. Tetapi Laras tak pernah menyinggung perihal DEF. Akupun tak menyinggung perihal DEF. Hari - hari lewat begitu saja. Sampai suatu saat Laras menelpon aku.
     "Sebenarnya aku tak ingin mengabarkan hal ini kepadamu," katanya, tetapi kalau tak kuberitahu dan terjadi sesuatu, aku akan menyesal seumur hidup."
     Jantungku berdegub kencang. "Ini soal DEF, bukan?"
     "Iya. Sudah satu minggu DEF di Rumah Sakit."
     Tanganku bergetar. "Kenapa?"
     "Sepertinya dia minum obat penghilang rasa nyeri terlalu banyak."
     Waktu remaja DEF pernah mengalami kecelakaan hebat, tulang belakangnya cedera dan sering menyebabkan ia kesakitan hingga harus minum obat penghilang rasa nyeri.
     Laras mengantarkanku ke rumah sakit. Di rumah sakit itu untuk pertama kalinya aku bertemu dengan Chacha. "Hai," sapanya seraya menjabat tangan yang kuulurkan. Sekilas kulirik anak kecil yang berdiri di belakangnya bergelayut manja dan malu - malu.Anak DEF. Hatiku perih. Untung wanita paruh baya (adik ibu DEF) menyilahkan kami masuk ke ruang ICU untuk menengok DEF.
     "Ia tidak sepenuhnya sadar karena pengaruh obat," katanya dengan suara sedih , membuatku gelisah.
     Hanya dua orang yang boleh masuk dan aku tau peraturan itu. Setelah kukenakan baju khusus aku masuk dan berdiri di samping tempat tidur DEF.
     Rasanya nafasku terhenti ketika melihat sosok DEF yang terbaring lemah di tempat tidur. Begitu kurus, pucat, dan begitu banyak peralatan medis yang menempel di tubuhnya. Tuhanku......apakah yang telah terjadi?
     Rasanya aku ingin menangis, tetapi mataku kering. Barangkali aku akan jatuh ambruk jika Laras tak menopangku.
"Rafa, bisiknya di telingaku. "Kuatkan dirimu."
     Kugenggam erat jemari DEF yang kurus. Beginikah rasanya melihat orang yang kucintai dan kusayangi bertarung dengan maut, sedangkan kita tak mampu berbuat apa - apa.
     "Saatnya kita pergi," bisik Laras beberapa saat kemudian.
     Setelah kunjungan itu, tiap hari aku menjenguknya sepulang dari rumah sakit aku bekerja. Dan aku berharap Chacha tak mencurigaiku dan berfikir akulah dokter yang menanganinya.
Aku tak bisa untuk tidak menemuinya, setelah tau ia bertarung dengan maut.
 Dan aku beruntung tiap aku menjenguknya aku tak pernah bertemu dengan Chacha. Lebih sering aku menjumpai adik ibu DEF. Ia tidak banyak bertanya dan selalu tersenyum saat aku datang. Apakah ia tahu ada sesuatu antara DEF dan aku, aku tak peduli.

Aku tak pernah sesedih ini seumur hidupku. Seandainya saja dunia bisa berhenti berputar, biarlah DEF dan aku tetap disini, dalam waktu yang menjadi abadi.

***

     "Aku tahu kamu beberapa kali mengunjungiku waktu aku ada di ICU." Suara DEF terdengar di telingaku. "Tante Rima yang memberitahu.Seandainya saja aku sadar waktu itu, tentu aku tak mengijinkanmu pergi lagi."
     Aku tertawa lirih. DEF memang tak menyadari kehadiranku.
     "Lain kali, jangan menakutiku seperti itu, "kataku. "Kupikir aku akan kehilanganmu selama - lamanya."
     "Saat itu memang aku ingin mati. Sengaja aku minum obat lebih banyak. Tindakanku memang tolol. Seharusnya aku lebih kuat Beib. Sepertimu. Kurasa hidupku sudah berakhir waktu kamu memutuskan untuk menikah dengan Danang."
     Aku menarik nafas panjang. "Keputusan itu masih berlaku, DEF."
     Untuk sesaat tak ada yang bicara. Kurasakan jari - jari DEF membelai rambutku.
     "Aku tahu," ujarnya kemudian. "Tetapi aku harus tetap menemuimu."
     "Hubungan ini ......" suaraku tercekik, "......tidak bisa berlanjut."
     "Aku tahu. Aku hanya ingin kamu tahu bahwaq aku tetap selalu menyayangimu."
     Kubenamkan wajahku di dadanya. Aku tak ingin berkata - kata. Aku hanya ingin menikmati saat - saat bersamanya. Karena setelah ini, aku takkan bisa bersamanya lagi. Kami akan menempuh jalan hidup masing - masing.
     "Beib........."DEF membelai - belai pipiku. "Aku harus pergi sekarang."
     Kurasakan pipiku basah. DEF memegang kedua pipiku. Matanya yang hitam seperti malam berkaca - kaca. "My Lovley Baby," ucapnya lirih.
     Aku tersedu - sedu.
     Ia menciumku. Lama. Lembut.
     "Berhentilah menangis," bisiknya di telingaku. Disekanya air mataku dengan punggung tangannya. lalu dibimbingnya aku berdiri. "Aku belajar banyak darimu, terutama belajar menjadi kuat. Dan hei, aku akan datang di pernikahanmu nanti. Pastilah kamu pengantin yang tercantik yang pernah aku lihat."
     Kupandang matanya yang hitam dan berlinang air mata.
     Ditundukkan kepalanya, bibirnya terasa lembut di dahiku.
     Kami berpandangan.
     Dibukanya pintu.
     Ditutupnya di belakangnya.

.